Pagi yang cerah di SMA Tunas Bangsa. Terdengar
kegaduhan di kelas X-MIPA 3. Seperti biasa, hari ini, jam pertama adalah
pelajaran fisika. Pelajaran yang paling menyebalkan. Apalagi untuk gadis bodoh
yang selalu menempati buttom 2 di kelasnya. Lisa, gadis yang sangat membenci
fisika itu terlihat frustasi. Tangan kanannya pegal karena menyalin PR milik
Sindu, murid yang selalu mendapat peringkat 1 di kelasnya. Sekaligus teman
sebangku Lisa.
Lisa hampir pingsan saat mendengar bel yang
sangat keras. Menandakan bahwa pelajaran akan dimulai. Mulutnya menganga tak
percaya saat melihat jam dinding di kelasnya menunjukkan pukul 07:00. Ia
mempercepat gerakan tangannya. Sindu menahan tawanya. Ia merasa ini hiburan
tersendiri untuknya. Tapi tidak bagi Lisa.
Lisa melirik Sindu dengan tatapan membunuhnya. Ia
menjitak kepala Sindu dan kembali menyalin PR milik Sindu. Sindu mengelus-elus
kepalanya yang terasa sakit karena jitakan Lisa. Selalu saja seperti ini. Lisa
selalu menjitaknya kalau Sindu berani mentertawakannya.
Sindu tersenyum tipis. Menurutnya, wajah Lisa
terlihat dari samping sangat indah jika dilihat dari samping. Membuatnya ingin
menatap wajah Lisa selama mungkin. Sindu tidak tahu kapan perasaannya berubah.
Awalnya, Sindu hanya menganggap Lisa adalah sahabatnya yang bodoh. Tapi
sekarang, ia merasa jatuh hati pada Lisa.
“Selamat pagi”
Sindu tersadar dari lamunannya saat mendengar
suara wanita paruh baya yang masuk ke kelas. “Damn!” Lisa berucap pelan. Lisa
baru menyalin setengahnya saja. Itu artinya ia hanya akan mendapat nilai 50.
Itu pun kalau semua soal terjawab dengan benar.
“Seperti biasa, silahkan bawa PR kalian ke depan
dalam hitungan ke-10” ucap bu Rika, guru fisika di X-MIPA 3. Semua murid lari
menuju meja. Lisa terpaksa mengumpulkan buku tugas miliknya walau ia baru
mengerjakan setengahnya saja. Tepat saat hitungan ke-10, buku miliknya dan buku
milik Sindu sudah berada di meja guru.
“Lis, kenapa masuk IPA kalau otak lo nggak
sanggup? Sampai kapan lo mau nyontek PR
gue terus” tanya Sindu. Mereka berdua sedang berada di kantin. Jam fisikanya
sudah berakhir dan sekarang waktunya istirahat.
“Lo tahu kan kalau gue sukaaa banget sama Kenan?
Dia masuk IPA, jadi gue juga harus masuk IPA dong. Biar bisa sekelas sama dia”
jawab Lisa. Sindu menghela nafasnya. Ia malas jika Lisa sudah membahas Kenan.
Lisa terlalu menyukai pria tampan itu. Sampai-sampai Lisa rela masuk IPA
padahal Lisa sangat bodoh. Apalagi fisika. Lisa tidak tahu satu materi pun
tentang fisika. Jika ada PR, ia selalu menyalin PR milik Sindu.
Sindu beranjak dari kursinya. Meninggalkan Lisa
makan sendiri di kantin. Ia tidak peduli dengan Lisa yang terus berteriak
memanggil dirinya. Ia lebih memilih pergi jika Lisa sudah membahas Kenan. Taman
belakang sekolah adalah tujuannya saat ini.
Sindu duduk sendirian disini. Ia membolos jam
bahasa Indonesia demi menenagkan hatinya. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa
Lisa menyukai seorang Kenan yang terkenal playboy. Lisa bahkan rela belajar
siang malam agar nilai UNnya cukup untuk masuk ke sekolah dan jurusan yang sama
dengan Kenan. Betapa beruntungnya Lisa karena ia bisa satu kelas dengan Kenan.
Hari demi hari berlalu. Lisa semakin dekat dengan
Kenan. Sindu sudah berkali-kali mengingatkan Lisa bahwa Kenan bukanlah
laki-laki yang baik. Sindu sudah pernah melihat Kenan bermesraan dengan gadis
di luar sana, dan itu bukan hanya satu gadis.
Lisa menjauhi Sindu setelah ia menjadi pacar
Kenan. Ia tidak pernah menyalin PR milik Sindu lagi. Bahkan ia sudah tidak
duduk satu bangku dengan Sindu. Ia lebih memilih duduk bersama pacar barunya
dari pada bersama sahabat yang sudah ia kenal sejak TK. Sindu selalu mencoba memberi tahu Lisa, tapi
Lisa mengabaikannya.
Sindu merasa perasaannya tidak dihargai. Ia
mendekati teman sekelasnya dan berniat membuat Lisa cemburu. Lisa selalu melihat
Sindu dekat dengan Naya setiap harinya. Awalnya biasa saja. Tapi entah mengapa
lama-kelamaan Lisa merasakan ada yang meremas hatinya. Ia selalu menyangkal
perasaannya kepada Sindu.
Sampai suatu saat Lisa melihat Kenan sedang
bermesraan dengan gadis lain di Mall. Ia menghampiri dua orang itu dan langsung
memutuskan Kenan. Ia tidak punya tujuan lain selain menemui Sindu saat ini. Ia
mendatangi rumah Sindu. Mengetuk pintunya. Lisa langsung menghambur ke pelukan
Sindu tepat setelah Sindu membuka pintu.
“Maaf, hiks” Lisa menangis di pelukan Sindu. Ia
langsung melepaskan pelukannya saat ia ingat bahwa Sindu adalah milik Naya.
“Maaf, gue lupa kalo lo pacarnya Naya” ucap Lisa sambil menatap sepatunya. Ia
tidak berani menatap Sindu. Sindu menahan tawanya, ternyata Lisa salah faham.
“Lisa?” panggil Sindu. Lisa hanya berdehem
menjawab panggilan Sindu.
“Jadian yuk?”
Lisa membulatkan matanya, mulutnya terbuka. Ada
yang ingin meledak di dalam sana. “Hah?” Lisa masih tidak mengerti semua ini.
“Gue nggak jadian sama Naya. Orang gue sukanya sama elo” ucap Sindu. “ Jadi,
apa jawabannya?” tanya Sindu. “Iya” jawab Lisa sambil mengangkat sudut
bibirnya. Ia baru sadar bahwa ia mencintai
Sindu. Bukan Kenan.
Rupanya memang benar kata orang-orang. Seorang
laki-laki tidak bisa berteman dengan perempuan. Pasti akan ada cinta yang
muncul.